Ini bukan kali pertama aku ke Tangkuban Parahu . Sekitar 4
tahun yang silam , saat acara ulang tahun adikku , kami keluarga besar ( hanya
tiga keluarga sih ) berangkat ke Bandung untuk liburan .Saat
itu tidak terpikirkan untuk mendokumentasikan perjalananku. Tapi di sini
, di blog ini perjalanan ke Tangkuban Parahu akan aku tuliskan
sesuai dengan apa yang aku dan keluargaku alami .
Tangkuban Parahu Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp
Bukit, hutan Dipterokarp Atas,
hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan
gunung .Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang
statusnya diawasi terus oleh Direktorat
Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda
keaktifan gunung ini. Di antara tanda aktivitas gunung berapi ini adalah
munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di
antaranya adalah di kawasan Ciater, Subang. Gunung Tangkuban Parahu pernah mengalami letusan kecil
pada tahun 2006, yang menyebabkan 3 orang luka ringan.
Tangkuban Perahu
adalah salah satu gunung
yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia
sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan
kebun teh di sekitarnya. Gunung Tangkuban Perahu mempunyai ketinggian setinggi
2.084 meter.Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat
erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan
melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang,
mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang.
Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutani. Suhu rata-rata
hariannya adalah 17 oC pada siang hari dan 2 oC pada
malam hari (Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tangkuban_Parahu).
Entah mengapa , setiap
kali aku dan keluargaku travelling , aku selalu termenung dan takjub akan kuasa
Tuhan . Ingin rasanya menangis saat menyadari betapa kecil dan hinanya
diriku dan betapa besar karya Tuhan di dunia ini . Mungkin bagi sebagian
orang terkesan lebay . Tapi sekali lagi sobat setiap aku menceritakan
pengalaman travelling , tujuanku bukan untuk pamer atau apalah apalah , tapi
lebih kepada berbagi tentang betapa kita harus menjaga dan menghargai apa yang
ada di bumi ini .
Jam 5.00 WIb aku dan keluargaku ( suami , kakak Gabriella ,
abang Gerald , dede Griselda ) dengan semangat 45 berangkat dari Cikarang .
Sebenarnya destinasi utama adalah ke Ciater , tapi pada tulisan berikutnya aku
akan berbagi tentang Ciater ya . Perjalanan ke Tangkuban Parahu tidak
memakan waktu lama , kurang dari tiga jam kami sudah sampai di Gunung Tangkuban
Parahu .Oh ya berhubung hari itu adalah hari Minggu dan mungkin karena
bulan muda ( sudah pada gajian ya) pengunjung banyak sekali. Seingatku dulu waktu
masuk ke kawasan ini harga tiket masuk masih murah . Tapi kali ini cukup
terkejut juga karena harga tiket masuk Rp.30.000 per orang ( totally Rp.150.000
) dan mobil Rp . 35.000 . Hemm lumayan mahal ya , tapi dasarnya
satu keluarga memang senang jalan - jalan jadi tetap semangat aja .
Mohon
maaf sobat , saya tidak mencari tau harga tiket masuk di hari biasa .
Sebelum aktivitas foto - foto terus berlanjut , kami mengisi
perut dulu . Yah , anak - anak harus diperhatikan makannya ( uhhh ibu yang baik
bukan ?). Selesai makan , beli jagung rebus( kok lapar terus ya) .Maklum
daerah dingin sehingga segala yang hangat - hangat rasanya enak sekali .
Di sini ada kejadian yang menggelikan . Entah karena disuruh
oleh kakaknya , secara berbarengan Gaby (panggilan sayang Gabriella ) dan Icel
( panggilan sayang buat Griselda) memintaku untuk membeli bonsai yang dijual
oleh pedagang disitu . Aku sudah coba menjelaskan bahwa bonsai itu pasti
harganya mahal dan bukan untuk mainan. Dasar anak , ga mau percaya ( mungkin
karena orang tua terkadang suka bohong :D ) mereka berdua bertanya ke
pedagangnya : Bang , berapa harganya ?Jawab pedagang : Rp.250.000 neng . Dasar
Icel ga mau kalah ,dia masih mencoba bertanya : Ma , itu uangnya banyak apa
nggak sih ?. Begitu aku bilang banyak ,baru deh anakku berdua bisa menerima .
Bukan apa -apa sobat ,sekiranyapun aku mau dan mampu membelinya ,
sepertinya bukan untuk saat ini karena anak - anakku terutama Icel belum bisa
membedakan apa yang boleh dibuat jadi mainan dan apa yang harus jadi pajangan.
Hanya dua jam di Tangkuban Parahu , menikmati pemandangan ,
sarapan pagi , menikmati jagung rebus dan foto -foto ,tetapi rasanya sungguh
luar biasa . Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB , saatnya keluar dari
kawasan ini untuk lanjut ke Ciater . Ok tunggu kisah -kisah perjalanan kami ya
guys . Salam Wisata Indonesia . Ada videonya juga , silahkan ditonton dengan membuka link di bawah ini .







Tidak ada komentar:
Posting Komentar