Senin, 29 November 2021

SEBUAH CATATAN

 

ANTARA AKU, CITA DAN CINTA

Oleh Rumondang E Sitohang

ASN Jabar Penulis


Menjadi guru bukanlah cita-cita awalku. Setelah lulus kuliah tahun 1998, dengan pengalaman berbagai kursus komputer dan bahasa Inggris, kuberanikan diri melamar pekerjaan di bank. Sebagai seorang sarjana ekonomi, keluar masuk pintu bank nasional maupun swasta kulakoni tiga kali seminggu. Ya, terjadwal seperti minum obat. Hehehe. Dari sekian banyak bank, beberapa diantaranya memberi kesempatan sampai ke tes terakhir yaitu wawancara akhir. Apa hendak dikata, keberuntungan belum  menjadi milikku. 


Banyak kenangan saat melamar kerja di bank. Hal yang paling aku ingat adalah  saat wawancara akhir dimana pewawancara menanyakan siapa orang yang aku kenal di bank tersebut. Tentu saja dengan lugu dan polos, aku mengatakan tidak mengenal siapa pun. Sesudahnya, saat melihat pengumuman akhir di papan pengumuman bank tersebut, namaku sudah tidak ada. Tak hanya melamar ke bank, melamar kerja ke instansi pemerintah juga tak luput jadi sasaran. Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat, kampus negeri merupakan beberapa tempat yang aku lamar. Hasilnya sama, aku belum beruntung.


Pada masa melamar kerja di bank dan instansi pemerintah, aku melamar ke sebuah perusahaan leasing. Aku diterima dan posisi pertamaku adalah teller. Satu tahun di bagian teller, lalu dipindahkan ke bagian akuntansi. Hanya tiga tahun aku bekerja di perusahaan leasing tersebut, tiba-tiba ada pemberitahuan dari manajemen bahwa perusahaan akan ditutup. Walaupun ditutup, manajemen masih punya niat baik untuk memberikan pesangon kepada karyawannya. 


Tahun 2001 berbekal sedikit uang pesangon, kuberanikan diri mengikuti pendidikan Akta IV di Universitas Negeri Medan. Satu tahun menempuh pendidikan keguruan dengan jadwal yang cukup padat. Saat selesai diwisuda tahun 2002, aku segera melamar ke salah satu sekolah swasta yang cukup bonafit di kota Medan. Puji Tuhan diterima, dan mulailah aku mengajar mata pelajaran akuntansi di SMA dan SMK sekolah swasta tersebut. Banyak kenangan indah saat menjadi guru di sekolah tersebut. Walaupun  sebagai guru yang terkenal tegas, tapi siswa selalu menjemputku ke ruang guru jika aku terlambat 2 menit saja. Itu aku anggap sebagai rasa sayang siswa kepadaku. Semua anak didikku sudah berhasil. Ada yang jadi polisi, guru, pengacara, ustadz, pedagang dan lain-lain. Bahagia dan menyenangkan rasanya menjadi guru. Walau bukan orang hebat tetapi guru mampu menciptakan orang hebat seperti dokter, pengacara, dosen dan profesi lainnya. Guru mampu menciptakan generasi mandiri.


Tahun 2006 setelah sekian bulan long distance relationship dengan suami, akhirnya aku pindah mengikuti suami yang sudah lebih dulu di Bekasi. Tidak menunggu lama segera kusiapkan lamaran kerja ke sekolah swasta di Bekasi. Aku pun diterima di salah satu sekolah swasta di Jatimulya Bekasi. Sebagai seorang guru tentu ingin tampil maksimal di hadapan siswanya baik penampilan, pengucapan maupun cara mengajar. Karena berasal dari Medan yang selalu kental dengan pengucapan e keras, maka aku berlatih mengucapkan e lemah. Cerita penggunaan huruf e ini tak pernah bisa kulupakan. Satu ketika, aku mengabsen siswa. Aku bertanya,"Asep, hadir?" Aku panggil nama Asep dengan menggunakan e lemah. Beberapa siswa tertawa. Aku panggil sekali lagi, dan riuh gemuruh  ruangan kelas karena suara siswa yang terbahak-bahak. Seorang siswa menyeletuk dari bangku belakang dan berkata,"Emang ada yang kebakaran, Bu?" Sejak saat itu aku tahu, menyebut nama Asep sebaiknya menggunakan e keras. Tanpa marah sedikitpun karena ditertawakan oleh siswa, aku  justru meminta maaf atas pengucapan ku.


Saat ini menjadi guru walau bukan cita-cita tapi sudah menjadi cinta bagiku. Ya, perlahan tapi pasti aku mulai jatuh cinta pada profesi guru. Menangis saat ada siswa yang mengundurkan diri karena malas sekolah. Sedih saat ada siswa yang tidak bisa berkonsentrasi karena banyaknya masalah di keluarganya. Bahagia saat alumni masuk ke perguruan tinggi negeri. Terharu saat alumni sudah sukses dan mandiri. Gelisah saat banyaknya tagihan kewajiban sekolah yang sudah mendekati deadline. Inilah ceritaku, dari profesi yang bukan cita-cita menjadi cinta. Oh ya Bapak dan Ibu guru hebat, izinkan aku mengucapkan selamat hari guru! Mari bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan. Tak lupa juga ku ucapkan selamat hari Korpri. ASN bersatu, Korpri tangguh, Indonesia tumbuh.


Cikarang, 29 November 2021

#Selamat Hari Guru

#HUT KORPRI KE 50








Tidak ada komentar:

Posting Komentar